Sabtu, 15 Maret 2014

Arsip mengatasi nyeri leher dan tulang belakang

Makalah keperawatan dewasa 2 nyeri mobilisasi
Document Transcript
1. BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental , sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seorang individu ( Mahon, 1994 ). Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu, dan setiap individu juga memiliki cara masing-masing untuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. Oleh karena itu , sering kali nyeri mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan klien dalam berinteraksi baik di lingkungan keluarga, kerja , dan sosial. Apabila seseorang merasakan nyeri maka perilakunya akan berubah, hal ini dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti usia, jenis kelamin, persepsi dan kebudayaan yang berbeda – beda. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada klien diberbagai keadaan dan situasi dan memberikan intervensi untuk membantu klien dalam mengatasi nyeri yang dirasakan. Perawat memberikan motivasi, dorongan, dan dukungan baik spiritual maupun psikologis dengan terlebih dahulu mengkaji respon nyeri yang dirasakan klien. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu, sehingga perawat dapat memberikan intervensi yang tepat dan sesuai pada penanganan nyeri.1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakan proses fisiologis nyeri ? 2. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi respons klien terhadap nyeri ? 3. Bagaimana proses pengkajian tingkat nyeri ? 4. Bagaimana proses penatalakasaan klien dengan gangguan rasa nyaman baik dari segi farmakologi dan nonfarmakologi ? 1
2. 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa mampu memahami proses fisiologi nyeri 2. Mahasiswa mampu memahami faktor – faktor yang mempengaruhi respon klien terhadap nyeri 3. Mahasiswa mampu memahami proses pengkajian tingkat nyeri 4. Mahasiswa mampu memahami cara penatalaksanaan klien dengan gangguan rasa nyaman baik dari segi farmakologi dan nonfarmakologi.1.4 Metode Penulisan Pengkajian studi mengenai kenyamanan dan nyeri melalui studi pustaka dengan menggunakan berbagai literatur dan pencarian data dari internet. Penyusun mencari literatur-literatur baik dari buku textbook, jurnal, maupun dari internet yang berkaitan dengan topik dan sumbernya bisa dipercaya. Literatur tersebut kemudian dianalisis dan diinterpretasikan dengan topik yang bersangkutan.1.5 Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri tiga bab, yaitu bab satu berisi pendahuluan, bab dua berisi tinjauan pustaka, dan bab tiga berisi berisi penutup. BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Pada BAB II diuraikan mengenai fisiologi nyeri, faktor –faktor yang mempengaruhi, proses pengkajian nyeri ,serta penatalaksanaanya. Terakhir adalah BAB III penutup berisi kesimpulan dan saran. 2
3. BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Fisiologi Nyeri Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensorisubyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengankerusakan jaringan actual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinyakerusakan.Banyak teori yang mencoba menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, namuntidak ada satu teori pun yang dapat menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeriditransmisikan atau diserap. Ada tiga komponen fisiologis yang dapat digunakan guna memahami fisiologinyeri, yaitu (1) resepsi, atau proses perjalanan nyeri; (2) persepsi, kesadaran seseorangterhadap nyeri; dan (3) reaksi, atau respon fisiologis an perilaku setelahmempersepsikan nyeri.1. Resepsi Resepsi merupakanproses perjalanan nyeri, dimana adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraftraktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelahimpuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syarafkemudian akan timbul respon reflek protektif.2. Persepsi Persepsi merupakan kesadaran seseorang akannyeri. Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut 3
4. mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri. 3. Reaksi Reaksiadalah respon fisiologis & perilaku individu setelah mempersepsikan nyeri. Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menuju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi respon klien terhadap nyeri: 2.2.1 Faktor internal 1. Usia, Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. 2. Jenis kelamin, Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri (Gill, 1990). 3. Perhatian, Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. 4. Ansietas (Kecemasan), hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. 5. Pengalaman masa lalu, Setiap individu belajar dari pangalaman nyeri yang lalu. Pengalaman nyeri sebelumnya berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpapernah 4
5. sembuh atau menderita nyeri yang berat, maka ansietas bahkan rasa takut dapat muncul. Namun dapat juga sebaliknya. 6. Keletihan, dapat meningkatkan persepsi nyeri. Reaksi kelekahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. 7. Makna nyeri, makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara orang beradaptasi terhadap nyeri. Individu akan mempresepsikan nyeri dengan cara yang berbeda-beda. 2.2.2 Faktor eksternal 1. Pola koping, Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat seseorang merasa kesepian. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwayang terjadi. Dengan demikian. Gaya koping mempengaruhi kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri. 2. Lingkungan dan dukungan orang terdekat, Faktor lain yang bermakna yang mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung terhadap anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan dan perlindungan. 3. Budaya, Kebudayaan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Cara individu mengekspresikan nyeri merupakan sifat kebudayaan (Calvillo & Flaskerud, 1991).2.3 PengkajianNyeri Pengkajian nyeri yang akurat adalah esensial untuk penatalaksanaan nyeri yangefektif. Karena nyeri merupakan pengalaman interpersonal/subjektif, perawat perlumengkaji semua faktor yang memengaruhi pengalaman nyeri (psikologis, fisiologis,perilaku, emosional, dan sosial budaya). Frekuensi nyeri dan luas pengkajian nyeriberaneka ragam sesuai situasi. Frekuensi pengkajian nyeri biasanya bergantung padatindakan pengendali nyeri yang digunakan dan keadaan klinis. Karena nyeri merupakan 5
6. masalah interpersonal, maka perawat perlu melakukan pengkajian nyeri melaluibertanya kepada orang yag saat itu merasakan nyeri.Pengkajian nyeri terdiri dari 2 komponen yaitu: 1. Riwayat nyeri. Dalam hal ini, perawat membiarkan klien untuk menjelaskan rasa nyeri dansituasinya dengan menggunakan bahasa klien sendiri. Hal tersebut akan membantuperawat untuk memahami nyeri bagi klien dan koping klien terhadap nyerinya. Ketikapengkajian, seorang perawat perlu memandang kondisi riwayat nyeri si klienitu.Apabila pengkajian awal dilakukan untuk orang yang mengalami nyeri akut hebatmungkin hanya terdiri dari beberapa pertanyaan sebelum intervensidilakukan.Sebaliknya, bagi orang yang mengalami nyeri kronik, perawat dapatmemberi lebih banyak pertanyaan yang berfokus pada mekanisme koping, keefektifanpenatalaksanaan nyeri, dan bagaimana nyeri memengaruhi aktivitas. Data yang harusdikumpulkan dalam riwayat nyeri komprehensif meliputi lokasi nyeri, intensitas,kualitas, pola, faktor prespitasi, faktor yang mengurangi, gejala terkait, pengaruh padaADL, pengalaman nyeri yang lalu, makna nyeri bagi orang tersebut, sumber koping,dan respons afektif. Karakteristik data a. Lokasi Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi, (1) tingkat nyeri, nyeri dalam atau superfisial; dan (2) posisi atau lokasi nyeri. Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien; sedangkan nyeri yang timbul dari bagian dalam (viscera) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula dijelaskan menjadi empat kategori, yang berhubungan dengan lokasi: 1) Nyeri terlokalisir: nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya 2) Nyeri Terproyeksi: nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik 3) Nyeri Radiasi: penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir 4) Reffered Pain (nyeri alih): nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang nyeri. 6
7. b. Intensitas Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri: 1) Distraksi atau konsentrasi dari klien pada suatu kejadian 2) Status kesadaran klien 3) Harapan klien Nyeri dapat berupa: ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dariintensitas nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dariklien.Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan dapatdipercaya dalam menentukan intensitas rasa nyeri klien. Sebagian besar, skalamenggunakan rentang 0-5 atau 0-10 dengan mengindikasikan 0 itu tidak nyeri dannomor tertinggi itu kemungkinan nyeri terhebat bagi si klien. Namun, tidak semua klien dapat memahami metode skala angka, contohnyaseperti anak-anak yang tidak dapat mengkomunikasikan nyeri secara verbal, lansia,yang mengalami kerusakan kognitif atau komunikasi.Oleh karena itu, terdapat metodelainnya untuk mengetahui skala nyeri yang dirasakan klien yaitu dengan skala tingkatnyeri wajah Wong-Baker.c. Kualitas Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.d. Pola Pola nyeri itu meliputi waktu dan lama (time & duration), serta nyeri berulang atau interval tanpa nyeri. Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul; berapa lama; bagaimana timbulnya dan juga interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul 7
8. e. Faktor Presipitasi Beberapa faktor presipitasi (aktivitas tertentu) yang akan meningkatkan nyeri: lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi. f. Faktor yang meringankan Perawat meminta klien menjelaskan tindakan yang telah mereka lakukan untuk meringankan nyeri, misalnya obat tradisional, tidur, berdoa. g. Gejala terkait Gejala terkait seperti mual, muntah, pusing, diare mungkin berhubungan dengan nyeri atau mungkin akibat dari adanya nyeri. h. Respons perilaku dan fisiologis Beberapa respon perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain: ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain. Sedangkan, respon fisiologis bervariasi sesuai asal dan durasi nyeri.Oleh karena itu, respon fisiologis merupakan respon yang mungkin paling tidak tampak atau kurang tampak seperti tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, frekuensi warna kulit, dan lain- lain.Oleh karena itu, penting untuk perawat mengkaji lebih dari hanya respons fisiologis, sebab respons fisiologis merupakan indikator yang buruk terhadap nyeri. i. Respons afektif Respons afektif bervariasi berdasarkan situasi, derajat, dan durasi nyeri. j. Efek nyeri pada aktivitas sehari-hari Dalam hal ini, perawat meminta klien untuk menjelaskan bagaimana nyeri telah memengaruhi kehidupan seperti tidur, selera, konsentrasi, kerja/sekolah, hubungan interpersonal, hubungan seks, aktivitas rumah, menyetir, berjalan, aktivitas di waktu luang, dan status emosional. 2. Observasi langsung terhadap respons perilaku dan psikologis klien. Tujuan dari pengkajian adalah mendapatkan pemahaman objektif daripengalaman yang subjektif. 8
9. 2.4 Penatalaksanaan Gangguan Nyeri Pada Pasien 2.4.1 Terapi Nyeri Farmakologi Penggunaan analgesik merupakan metode yang paling umum dalam mengatasi nyeri. Ada 3 jenis analgesik, yakni non narkotik dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), analgesik narkotik (opiat), dan obat tambahan (adjusvan) atau koanalgesik. Jenis non analgesik dan NSAID umumnya menghilangkan nyeri ringan dan sedang, seperti dismenore atau nyeri pasca operasi ringan. Kedua jenis analgesik ini mengurangi nyeri dengan bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah yang luka. Contoh obat analgesik non narkotik yakni astaminofen, sedangkan sontoh NSAID yakni ibuprofen, naproksen, dan indomeasin. Analgesik opiat umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pascaoperasi dan maligna. Bekerja pada sistem saraf pusat untuk menghasilkan kombinasi efek yang mendepresi dan menstimulasi. Efek samping opiat: kantuk, mual, muntah, konstipasi, depresi pernapasan. Sedangkan jenis adjuvan menghilangkan gejala lain yang terkait dengan nyeri. Contoh: Amitriptilin untuk cemas, Hidroksin untuk depresi, Diazepam untuk muntah, Klorpromazin untuk mual. 2.4.2 Tindakan Peredaan Nyeri Nonfarmakologi Terapi nyeri nonfarmakologis pada pasien nyeri mencakup intervensi perilaku- kognitif dan penggunaan agen-agen fisik. Tujuan intervensi perilaku-kognitif yakni mengubah persepsi klien tentang nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan memberi rasa pengendalian nyeri yang lebih besar. Sedangkan tujuan dari intervensi fisik yakni untuk memberi rasa nyaman, memperbaiki disfungsi fisik, mengubah respons fisiologis, dan mengurangi rasa takut terkait dengan imobilisasi. Intervensi nonfarmakologis cocok untuk klien dengan kriteria seperti (1) klien merasa intervensi tersebut menarik; (2) klien yang mengekspresikan kecemasan/ketakutan; (3) klien yang memperoleh manfaat dari upaya mengurangi/menghindari terapi obat; atau (4) klien yang masih merasa nyeri setelah menggunakan terapi farmakologis 9
10. 1. Terapi Perilaku-Kognitifa. Bimbingan Antisipasi Perawat memberikan penjelasan terinci kepada pasien tentang semua prosedurmedis dan rasa nyaman pascaoperasi yang akan dialami, sehingga pasien dapatmempelajari apa yang dirasakan selama peristiwa nyeri tersebut. Perawatmemberi informasi pada pasien dan mencegah salah interpretasi tentang peristiwanyeri. Pengetahuan tentang nyeri ini akan membantu klien mengontrol rasa cemasdan secara kognitif memperoleh penanganan nyeri. Informasi yang diberikan pada pasien termasuk penjelasan hal-hal berikut:Kejadian, durasi nyeri yang akan dialami; kualitas, keparahan, dan lokasi nyeri;penyebab nyeri; metode mengatasi nyeri. Dalam memberikan bimbingan antisipasi ini perawat memberikan penjelasanyang jujur tentang pengalaman nyeri. Pada klien dengan kecemasan tinggi,pemberian informasi yang terlalu banyak akan memperburuk nyeri.b. Distraksi Mengalihkan perhatian klien ke hal yang lain sehingga menurunkan kewaspadaan dan toleransi terhadap nyeri. Beberapa teknik distraksi, antara lain (1) nafas lambat, berirama; (2) massage and slow, rhythmic breathing; (3) rhythmic singing and tapping; (4) active listening; dan (5) guide imagery. Jenis-jenis distraksi yakni: (1) distraksi visual seperti menonton tv; (2) distraksi auditori seperti musik atau humor; (3) distraksi taktil seperti menarik napas atau mengelus binatang; dan (4) distraksi intelektual seperti bermain teka-teki silang atau melakukan hobi.c. Biofeedback Merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respons fisiologis (tekanan darah atau ketegangan) dan cara untuk melatih kontrol volunter terhadap respons tersebut.d. Hipnosis Diri Hipnosis membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan kesan tentang perasaan yang rileks dan damai.e. Relaksasi Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress. Teknik relaksasi akan memberikan individu kontrol diri keika terjadi nyeri, rasa tidak nyaman, dan emosi pada nyeri. Teknik ini meliputi meditasi, yoga, 10
11. teknik imajinasi, zen, dan latihan relaksasi progresif.Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan, antara lain: (1) relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stress; (2) menurunkan nyeri otot; (3) menolong individu untuk melupakan nyeri; (4) meningkatkan periode istirahat dan tidur; (5) meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain; dan (6) menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri. Stewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi berikut: 1) Klien menarik nafas dalam 2) Menahannya di dalam paru 3) Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut 4) Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu 5) Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan- lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan fikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. 6) Ulangi langkah 4 dan konsentrasikan fikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot lain 7) Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.2. Terapi Fisika. SSET (Stimulasi Saraf Elektrik Transkutaneus) Tujuan SSET: mengurangi nyeri kronis dan akut (nyeri pascabedah,pascaoperasi), menurunkan kebutuhan opiat dan kemungkinan depresi fungsi pernapasan karena penggunaan narkotik, serta memfasilitasi keterlibatan klien dalampenatalaksanaan nyeri. Unit SSET terdiri dari alat portabel yang menggunakan baterai dengan kabel timah dan bantalan elektroda ditempelkan pada area kulit yang dipilih. Apabila klien merasa nyeri, transmiter dinyalakan dan menimbulkan sensasi kesemutan/sensasi dengung. Sensasi ini diberikan sampai nyeri hilang. 11
12. b. Stimulasi Kutaneus Adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Meliputi masase, kompres hangat atau dingin, akupuntur dan akupresur, stimulasi kontralaeral (Stimulasi kulit pada area yang berlawanan dengan area nyeri), serta plester penghangat.c. Imobilisasi Pembatasan gerak bagian tubuh yang nyeri sehingga dapat membantu mengatasi episode nyeri akut. 12
13. Bab III PENUTUP3.1 Kesimpulan Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yangdidapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkankondisi terjadinya kerusakan.Dalam hal ini, nyeri dapat diketahui apabila si penderitanyeri memberi tahu bagaimana perasaan yang dirasakan saat nyeri itu datang.Untuk itu, perawat perlu untuk mengkaji nyeri yang didertita oleh seseorang.Pengkajiannyeri merupakan hal yang esensial untuk penatalaksanaan nyeri yang efektif.Setelahmelakukan pengkajian, maka perawat dapat memberikan tindakan untuk meredakan nyeritersebut.Tindakan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu terapi nyeri farmakologi dan terapinyeri non farmakologi.3.2 Saran Sebagai calon perawat, mahasiswa seharusnya memahami fisiologi nyeri dan faktor-faktor yang memengaruhi nyeri. Selain itu, mahasiswa keperawatan juga seharusnyamampu memahami hal-hal yang diperlukan dalam proses pengkajian nyeri dan tindakanuntuk mengatasi nyeri si klien. Sehingga apabila mahasiswa keperawatan dihadapkandalam situasi yang berhubungan dengan nyeri, mahasiswa dapat menerapkannya dalamproses keperawatan. 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar